Nih Sejarah Bangun Grup Band Evanescence
Band Evanescence adalah band rock yang berasal dari Arkansas, Amerika Serikat. Pendiri awalnya yaitu Amy Lee sebagai vokalist dan Ben Moody sebagai gitarist. Evanescence artinya berpudar. Amy Lee menyenangi nama Evanescence alasannya tedengar misterius dan gelap.
Evanescence sukses lewat album perdananya yang berjudul Fallen sudah banyak kontroversi mengikuti mereka. Hengkangnya Ben Moody sebagai pemrakarsa pendiri Evanescence, banyak orang akan mengira karir band ini akan berakhir. The Open Door yang menjadi album kedua menjadi balasan bahwa tanpa Ben, Evanescence sanggup meraih sukses meski tidak segemilang pada album Fallen. Tapi di balik semua itu melalui kedua album sebelumnya, terdapat 1 hal yang sangat menghawatirkan. Apa? Ya, apa lagi kalau bukan banyak personil yang hengkang, dan kembali mengakibatkan bongkar pasang personil yang kembali teradi. Pasca album The Open Door, personil yang tersisa hanya Amy Lee dan Terry Balsamo di posisi gitar dimana ia sebelumnya hanya menjadi pengisi cadangan. Terry sendiri yang bergabung sejak tahun 2003 ikut membantu Amy Lee dalam tour Evanescence, Anywhere But Home sebelum hasilnya menjadi anggota tetap pada tahun tersebut sampai ketika ini, serta terlibat pembuatan album The Open Door.
Seakan tidak mau tenggelam, Amy bangun melalui studio album ketiganya yakni, Evanescence. Dengan logo goresan pena Evanescence yang bersinar melalui sedikit warna putih yang menyala, dikelilingi warna biru dan hitam terkesan kelam, gelap seolah ingin menandakan dan menegaskan bahwa Evanescence akan tetap ada dan tidak sanggup dianggap remeh oleh siapapun, ya inilah kurun kebangkitan Evanescence. Dengan bergabungnya tiga personil gres yakni Troy McLawhorn pada rhythm gitar, Tim McCord pada bass dan terakhir Will Hunt pada posisi drum semakin memantapkan Evanescence untuk terus melaju meninggalkan masa lalu. Dengan banyak sekali macam personil yang berasal dari latar belakang band yang berbeda semakin memperkaya bahan album ketiga ini.
Masih mengandalkan genre alternative metal, dipadu dengan unsur gothic rock tetapi pada album ketiga ini, komposisi musik dan lirik yang ditawarkan tetap terdengar berat, suram dan gelap, meski sekilas sama dengan kedua albumnya, tetapi secara musikalitas mempunyai nuansa musik yang berbeda dibandingkan kedua album sebelumnya, serta beberapa track dengan irama up-tempo menghiasi album ini. Dengan vokal Amy Lee yang sangat khas dan menawan, serta serasa ‘menghantui’ siapa yang sanggup menolak untuk mendengar “What You Want”, yang menjadi track sekaligus single pembuka dimana Will Hunt bermain sangat kencang pada gebukan drum dan berlanjut dengan iringan distorsi gitar yang kuat, namun terdengar catchy dan gampang untuk dicerna membawa pendengar untuk melihat menyerupai apa Evanescence ketika ini. “Made of Stone” “The Change”, “The Other Side” dan “Sick” tetap terdengar lebih gelap dan suram dan menyiratkan keputusasaan.
Bagaimana dengan track balladnya? “My Heart Is Broken” yang pada intronya dibuka dengan piano sedikit mengecoh dimana pada duapuluh detiknya berlanjut dengan pukulan drum yang menghentak, ditambah lirik yang berisi rasa frustasi pasca ditinggal sang kekasih menambah nilai lebih track ini. “Lost In Paradise” track ballad yang sekilas mengingatkan akan “My Immortal” ini mengajak pendengar untuk menikmati vokal Amy yang powerfull. Melalui “Erase This” dan “End Of The Dream” , Evanescence mencoba bermain dengan nuansa up tempo, begitu pula dengan “Never Go Back” terdengar lebih metal. Namun mendengarkan “Ocean” yang pribadi menyangkut ditelinga aku serasa mengingatkan akan track pada album Fallen yakni “Whisper” dan ditutup dengan “Swimming Home” track ballad yang sangat jauh berbeda dengan track Evanescence kebanyakan menjadi track epilog yang sempurna.
Berbeda, ya sedikit berbeda atau mungkin sanggup banyak jikalau pendengar masih mengharapkan Amy akan terus bermain menyerupai kedua album sebelumnya. Evanescence sendiri merupakan album ketiga dimana ini sanggup juga dikatakan proyect idealis Amy Lee bersama bandnya pasca beberapa member Evanescence yang lain pergi. Meski tidak banyak sesuatu yang gres ditawarkan, dan dengan menambah sedikit formula dan sentuhan irama ditangan beberapa personil baru, setidaknya album ini merupakan wujud penantian yang memang layak dinantikan sehabis rentang lima tahun pasca perilisan album The Open Door. Nick Raskulinecz yang ditunjuk menjadi produser sebelumnya bekerja sama dengan Foo Fighters, Alice In Chains semakin mempertegas musikalitas yang diusung Evanescence melalui album ini. Terlepas dari sukses atau tidaknya, Amy Lee dan Evanescence berhasil membuktikan bahwa dalam keadaan apapun, Evanescence akan tetap ada, dan tidak ada yang menghalangi untuk terus melangkah ke depan.
Referensi :
http://queseraseragrey.multiply.com/reviews
http://creativedisc.com/reviews/album-of-the-day/album-of-the-day-evanescence-evanescence/
Evanescence sukses lewat album perdananya yang berjudul Fallen sudah banyak kontroversi mengikuti mereka. Hengkangnya Ben Moody sebagai pemrakarsa pendiri Evanescence, banyak orang akan mengira karir band ini akan berakhir. The Open Door yang menjadi album kedua menjadi balasan bahwa tanpa Ben, Evanescence sanggup meraih sukses meski tidak segemilang pada album Fallen. Tapi di balik semua itu melalui kedua album sebelumnya, terdapat 1 hal yang sangat menghawatirkan. Apa? Ya, apa lagi kalau bukan banyak personil yang hengkang, dan kembali mengakibatkan bongkar pasang personil yang kembali teradi. Pasca album The Open Door, personil yang tersisa hanya Amy Lee dan Terry Balsamo di posisi gitar dimana ia sebelumnya hanya menjadi pengisi cadangan. Terry sendiri yang bergabung sejak tahun 2003 ikut membantu Amy Lee dalam tour Evanescence, Anywhere But Home sebelum hasilnya menjadi anggota tetap pada tahun tersebut sampai ketika ini, serta terlibat pembuatan album The Open Door.
Seakan tidak mau tenggelam, Amy bangun melalui studio album ketiganya yakni, Evanescence. Dengan logo goresan pena Evanescence yang bersinar melalui sedikit warna putih yang menyala, dikelilingi warna biru dan hitam terkesan kelam, gelap seolah ingin menandakan dan menegaskan bahwa Evanescence akan tetap ada dan tidak sanggup dianggap remeh oleh siapapun, ya inilah kurun kebangkitan Evanescence. Dengan bergabungnya tiga personil gres yakni Troy McLawhorn pada rhythm gitar, Tim McCord pada bass dan terakhir Will Hunt pada posisi drum semakin memantapkan Evanescence untuk terus melaju meninggalkan masa lalu. Dengan banyak sekali macam personil yang berasal dari latar belakang band yang berbeda semakin memperkaya bahan album ketiga ini.
Masih mengandalkan genre alternative metal, dipadu dengan unsur gothic rock tetapi pada album ketiga ini, komposisi musik dan lirik yang ditawarkan tetap terdengar berat, suram dan gelap, meski sekilas sama dengan kedua albumnya, tetapi secara musikalitas mempunyai nuansa musik yang berbeda dibandingkan kedua album sebelumnya, serta beberapa track dengan irama up-tempo menghiasi album ini. Dengan vokal Amy Lee yang sangat khas dan menawan, serta serasa ‘menghantui’ siapa yang sanggup menolak untuk mendengar “What You Want”, yang menjadi track sekaligus single pembuka dimana Will Hunt bermain sangat kencang pada gebukan drum dan berlanjut dengan iringan distorsi gitar yang kuat, namun terdengar catchy dan gampang untuk dicerna membawa pendengar untuk melihat menyerupai apa Evanescence ketika ini. “Made of Stone” “The Change”, “The Other Side” dan “Sick” tetap terdengar lebih gelap dan suram dan menyiratkan keputusasaan.
Bagaimana dengan track balladnya? “My Heart Is Broken” yang pada intronya dibuka dengan piano sedikit mengecoh dimana pada duapuluh detiknya berlanjut dengan pukulan drum yang menghentak, ditambah lirik yang berisi rasa frustasi pasca ditinggal sang kekasih menambah nilai lebih track ini. “Lost In Paradise” track ballad yang sekilas mengingatkan akan “My Immortal” ini mengajak pendengar untuk menikmati vokal Amy yang powerfull. Melalui “Erase This” dan “End Of The Dream” , Evanescence mencoba bermain dengan nuansa up tempo, begitu pula dengan “Never Go Back” terdengar lebih metal. Namun mendengarkan “Ocean” yang pribadi menyangkut ditelinga aku serasa mengingatkan akan track pada album Fallen yakni “Whisper” dan ditutup dengan “Swimming Home” track ballad yang sangat jauh berbeda dengan track Evanescence kebanyakan menjadi track epilog yang sempurna.
Berbeda, ya sedikit berbeda atau mungkin sanggup banyak jikalau pendengar masih mengharapkan Amy akan terus bermain menyerupai kedua album sebelumnya. Evanescence sendiri merupakan album ketiga dimana ini sanggup juga dikatakan proyect idealis Amy Lee bersama bandnya pasca beberapa member Evanescence yang lain pergi. Meski tidak banyak sesuatu yang gres ditawarkan, dan dengan menambah sedikit formula dan sentuhan irama ditangan beberapa personil baru, setidaknya album ini merupakan wujud penantian yang memang layak dinantikan sehabis rentang lima tahun pasca perilisan album The Open Door. Nick Raskulinecz yang ditunjuk menjadi produser sebelumnya bekerja sama dengan Foo Fighters, Alice In Chains semakin mempertegas musikalitas yang diusung Evanescence melalui album ini. Terlepas dari sukses atau tidaknya, Amy Lee dan Evanescence berhasil membuktikan bahwa dalam keadaan apapun, Evanescence akan tetap ada, dan tidak ada yang menghalangi untuk terus melangkah ke depan.
Referensi :
http://queseraseragrey.multiply.com/reviews
http://creativedisc.com/reviews/album-of-the-day/album-of-the-day-evanescence-evanescence/
0 Response to "Nih Sejarah Bangun Grup Band Evanescence"
Posting Komentar