Nih Sejarah Cerita Hidup Nabi Muhammad Saw

Sejarah Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW - Nabi Muhammad SAW yaitu nabi yang terakhir. Setelah nabi Muhammad SAW tidak ada nabi lagi. Nabi Muhammad SAW yaitu panutan atau teladan bagi umat Islam. Berikut ini sekelumit kisahnya:

Kelahiran Sang Nabi

Pada ketika yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya lantaran bintang ini yaitu maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia yaitu cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, berdasarkan sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabiul Awwal (12 Rabiul awwal berdasarkan mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 periode setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia mempunyai silsilah yang berafiliasi eksklusif dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, lantaran cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia yaitu rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.

 Setelah nabi Muhammad SAW tidak ada nabi lagi Nih Sejarah Kisah Hidup Nabi Muhammad SAWPeristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan insiden padamnya api kekal di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan kerikil di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka'bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya hingga selesai zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka'bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran insan luar biasa harus juga didahului insiden yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya berjulukan Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan meletakkannya ke dalam rahim Aminah, Sang isteri ketika itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi insan besar. Setelah usang kepergian sang suami, sang isteri mencicipi kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada ketika lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut lantaran tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang memberikan info kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata kata ini kepada perempuan ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun alhasil terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.

Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang perempuan tiba dan berkata kepadanya biar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik “ baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan perempuan tersebut yang ternyata yaitu Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang perempuan mulia ini berkata : Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi insan paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik “ baik hingga kelahirannya.

Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain “ 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang murung setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk mempunyai profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini ia mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi gembala domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran hingga menyembah aneka kerikil dan pohon, ilahi menjadikannya berpengaruh sehingga tidak mengalah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini,  Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi, Apakah Anda juga pernah menjadi gembala? Beliau menjawab, Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di kawasan Qararit.

Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang sanggup dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang renta dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita sanggup melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad populer dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai seorang jujur (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah menawarkan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, keuntungan yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri Ad dan Tsamud. Keheningan maut yang menimpa kaum bandel itu mengundang perhatian sang bintang.

Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, Alangkah baiknya bila Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah wacana perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan. Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan wacana Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia tiba seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu yaitu nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar besar hati di dalam Taurat dan Injil.

Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, Orang yang mempunyai sifat-sifat itu yaitu nabi berbangsa Arab.

Pernikahan

Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang memberikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti Aliyah sebagai berikut:

Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa bahwasanya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa! Apakah anda akan menyambut dengan senang hati bila saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ? Nabi menjawab,Apa maksud Anda? Ia kemudian menyebut Khodijah. Nabi kemudian berkata, Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda? Nafsiah berujar Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu memutuskan tanggal perkawinan biar walinya (Amar bin Asad) sanggup mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan sanggup diselenggarakan".

Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini memberikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian, Keponakan saya Muhammad bin Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan yaitu bayangan yang berlalu, tetapi asal permintaan dan silsilah yaitu permanen".

Waraqah, paman Khodijah, tampil dan menyampaikan sambutannya, Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda. Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang menyampaikan dua puluh ekor unta.

Sang bintang kini mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.

Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka'bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka'bah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua kemudian ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada ketika pembangunan kembali ka'bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, Dalam pembangunan kembali Ka'bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini. Terlihat bahwa ini yaitu fatwa para Nabi, dan mereka mengetahui wacana kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melaksanakan hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui wacana halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja melaksanakan perbuatan itu walaupun tahu itu yaitu salah.

Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka'bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melaksanakan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, alhasil seorang renta yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, Itu Muhammad, al-Amin. Kita baiklah ia menjadi wasit!

Untuk menuntaskan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke akrab pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, ia berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi insiden berdarah.

Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep wacana semua ini, gejala seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia hingga pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia yaitu insan sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi insan ilahi. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai insan mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melaksanakan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, ia mempunyai kiprah untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya ibarat ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.

Gunung Hira, puncaknya sanggup dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini yaitu saksi atas insiden menyangkut “sahabat karib-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu wacana wahyu, dan seolah-olah ia ingin berkata, disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah saya telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup indera pendengaran kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan saya sebagai museum sejarah.kata saksi bisu.

Diangkat Menjadi Rasul

Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Quran, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk memberikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul kiprah yang maha berat ini, Jibril tiba kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-quran sebagai berikut

Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada insan apa yang tidak diketahuinya.

Ayat ini dengan tegas menyatakan wacana jadwal Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah terang bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.

Muhammad, pembawa info bahagia, ancaman, dan perintah merupakan insan teladan sepanjang masa, ia yaitu insan dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat insan memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, semenjak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, insan yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.

Malaikat Jibril menuntaskan tugasnya memberikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah insiden ini, Jibril menyapanya,Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan saya Jibril. Muhammad mendapatkan kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah yaitu perempuan yang pertama memeluk Islam, dan laki-laki pertama yang memeluk Islam yaitu Ali.

Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, ia berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu ia berkata, Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, ibarat Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan mendapatkan pahala berdasarkan amal Anda. Imbalannya yaitu nirwana Allah yang kekal (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). Lalu ia menambahkan, Tak ada insan yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.

Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangun seraya berkata dengan mantap, Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda. Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau kemudian berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, Pemuda ini yaitu saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".

Pemakluman khilafah (imamah) Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya memperlihatkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.

Peristiwa diatas menandakan heroisme spiritual dan kebenaran Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang renta dan berpengalaman karam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan pemberian dan dedikasi dengan keberanian tepat dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang usang dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk mendapatkan kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.

Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu ketika Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata, Wahai Abu Tholib! Muhammad memecah-belah barisan kita dan membuat perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melaksanakan itu lantaran kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib mahir untuk merawatnya….

Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,Para sesepuh anda tiba untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda. Nabi menjawab, Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat proposal itu, mereka harus mendapatkan satu kata dari saya, yang dengan itu mereka sanggup memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka. Abu Jahal bangun sambil berkata, Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya. Nabi menjawab, Kalian harus mengakui keesaan Tuhan. Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air hambar ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan frustasi sehingga serentak mereka berkata, Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?

Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, insiden itu dikatakan,

Dan mereka heran lantaran mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,Ini yaitu spesialis sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], Pergilah kau dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, bahwasanya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.

Banyak sekali teladan penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi bertawaf, kemudian menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret ia ke luar masjid. Beberapa orang tiba membebaskan Nabi lantaran takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati ia mendapat pemberian dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak perempuan dan laki-laki serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka banyak sekali suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya berpengaruh dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana hingga Allah menolong Anda.

Pasukan Syirik Quraisy kehabisan nalar untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melaksanakan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan memperlihatkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman

Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang tiba kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan, Ia yaitu seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan wacana apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka yaitu kaum yang melampaui batas.

Kaum Quraisy pun gagal melaksanakan banyak sekali macam cara untuk menghalangi perjuangan Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melaksanakan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum perempuan dan bawah umur kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syiib itu selama tiga tahun. Dan alhasil tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah memutuskan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan kiprah dengan baik. Khodijah alhasil meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada ketika kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sehabis Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya, Ayah, kemana Ibu? Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul mencicipi betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, alhasil Muhammad berhijrah ke Yastrib, insiden hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robiul Awwal tahun ini, ketika hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau lantaran sakit,dan lanjut usia.

Kaum Quraisy yang berada di Mekah alhasil membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak sanggup menuntut balas atas maut Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad sanggup dihancurkan hanya dengan cara ibarat ini, ibarat urusan duniawi mereka. Jibril tiba memberitahu Nabi wacana rencana kejam kaum kafir itu. Al-Quran merujuk pada insiden itu dengan kata-kata,

Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan muslihat dan Allah menggagalkan muslihat itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, semenjak sore. Ia bukan orang renta yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah yaitu orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi Ali. Kepadanya Nabi berkata,Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi badan Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, lantaran musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. Ali menempati ranjang Nabi semenjak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah ibarat biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu yaitu Nabi.

Hijrah

Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menjadikan bunyi gaduh. Serentak Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya kemudian berkata dengan sangat tenag,Apa yang terjadi ? Mereka menjawab,Kami mencari Muhammad. Di mana dia? Ali berkata, Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, kini ia tak ada di rumah. Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.

Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabiul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ hingga selesai pekan. Sebagian orang mendesak biar ia segera berangkat ke Madinah, tetapi ia menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan rombongannya diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib  lantaran itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di kawasan Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali berkata Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda murka nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa duduk kasus telah menjadi serius, mengambil perilaku tenang dan berbalik pulang. Ketika Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, Ali telah tiba tapi tak bisa menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali kemudian merangkulnya. Ketika melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes".

Penduduk Yastrib yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan banyak sekali macam syair untuk menyambut insan mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap ketika siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya dalam kata-kata Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah Absen, Ali yaitu pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan Ali pada perang Khandaq (parit) disebut juga dengan Ahzab kepada Amar bin Abdiwad itu, Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, lantaran sebagai tanggapan kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi malu dan terhina"

Benteng Khaibar

Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak bisa untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, lantaran sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang bisa menghancurkan benteng, bahkan Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan Umar ini.

Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, Dimanakah Ali?  Dikabarkan kepada ia bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda, Panggil dia. Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi. Pernyataan ini memperlihatkan sakit matanya demikian serius hingga tak bisa berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata Ali seraya mendoakannya. Mata Ali eksklusif sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, berdasarkan riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari Ali melalui jalur khusus, Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit yang digali kaum Yahudi. Seseorang bertanya kepadanya, Apakah Anda mencicipi beratnya? Ali menjawab, Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya. Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga insiden yang menggembirakan, contohnya insiden janji nikah al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka'bah di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melaksanakan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.

Fath Makkah

Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun memberikan bahwa sasarannya yaitu Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari biar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.

Di akrab kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.

Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah diam dan tidak lagi menyerukan teriakan Firaun-firaun, digantikan hiruk pikuk bunyi 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seolah-olah sedang menunggu kedatangan sahabatnya

Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.

Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap wacana mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia menawarkan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan ia berkata ... Pergilah, Anda semua yaitu orang-orang yang dibebaskan!

Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan banyak sekali insiden dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah mencicipi letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk menawarkan Baiat.

Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut “ semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sehabis membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ? Wahai orang-orang yang ikut baiat al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga ketika ini mereka yaitu tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya yaitu kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!

Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, kiprah individual Muhammad dalam memberikan risalah agungnya telah selesai, dan kini “ tidak bisa “ tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, biar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.

Haji Wada

Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melaksanakan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqaidah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melaksanakan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema bunyi mereka yang mengucapkan,Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku tiba memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, saya tiba memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, saya tiba memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, saya tiba memenuhi panggilan-Mu... Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi ibarat yang ada pada ketika itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan “ dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang “ bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, yaitu kakek renta yang terbelenggu dalam dedikasi terhadap kepentingan-kepentingan. Ia yaitu tukang dongeng yang membacakan hikayat-hikayat Firaun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa “penguasa itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka'bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.

Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,Tahukah kalian, bulan apa ini ?

Mereka serentak menjawab,Bulan Haram! .....

...Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, saya tidak tahu, mungkin saya tidak lagi akan bertemu dengan kalian sehabis tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya... Ayyuhan Nas, bahwasanya darah dan hartamu yaitu haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kau sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya wacana amal-amalmu. Sungguh, saya telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....

Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan memakai pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya yaitu takwa.

Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan kini ia berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan bunyi pelan Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah bila dia wafat atau dibunuh kau akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi tanggapan kepada orang-orang yang bersyukur.[Petikan dari laman. fatimah.org]

0 Response to "Nih Sejarah Cerita Hidup Nabi Muhammad Saw"

Posting Komentar