Nih Sejarah Awal Bangkit Klub Liverpool (The Reds)
Sejarah Awal Berdiri Klub Liverpool (The Reds) - Liverpool F.C. (biasa dipanggil The Reds) yaitu sebuah klub sepak bola papan atas di Inggris yang berbasis di kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 tropi Liga Champions (dulu Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18 gelar Liga Inggris, 7 Piala FA, serta, 7 kali juara Piala Liga. Stadion mereka berada di Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari sentra kota Liverpool.
Didirikan pada 1892 jawaban perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Club yang juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari perseteruan itu, Everton akibatnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai sangkar Liverpool FC hingga sekarang. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui ada dua tim berjulukan Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun akibatnya menentukan nama Liverpool FC. Liverpool berubah menjadi kekuatan serius di kompetisi sepakbola Inggris.
Pada animo pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akibatnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada animo 1893/94. Pada animo pertamanya di Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC pribadi menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I Liga Inggris ( kini Premiere League ). Tak butuh usang bagi Liverpool untuk merasakan gelar di liga, sebab pada animo pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01), Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Liverpool FC sukses meraih juara liga 2 animo berturut-turut yaitu animo 1921/22 dan 1922/23, namun tidak mendapat tropi lagi hingga animo 1946/47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun akibatnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akibatnya Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada animo 1953/54.
Liverpool sempat terseok-seok sebelum akibatnya Bill Shankly tiba sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain usang dan memakai sebuah ruangan di stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya menyerupai Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool FC yang menciptakan iri tim musuh. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi ke Divisi I pada animo 1961/62 dan menjadi juara liga pada animo 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai Liga pada animo 1965/66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada animo kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar piala FA sesudah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun. Pemain dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melaksanakan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akibatnya pensiun pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada dikala itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974 hingga 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak sanggup memperlihatkan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memperlihatkan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah jikalau Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memperlihatkan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melaksanakan regenerasi di badan Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda menyerupai : Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun di tahun 1983, Joe Fagan yang pada dikala itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 animo kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian besar yaitu pendukung Juventus. Insiden ini menimbulkan pelarangan bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dihentikan mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akibatnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas insiden yang dikenal dengan Tragedi Heysel. Setelah insiden mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memperlihatkan tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai player-manager. Joe Fagan menyerahkan kiprah manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada dikala itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus mengambarkan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada animo kompetisi 1985/86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, sanggup dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada dikala itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi insiden mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang menimbulkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini menimbulkan 94 Liverpudlian meninggal di daerah kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia sesudah koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melaksanakan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini yaitu faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion sebab kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup dari peristiwa mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah sanggup lepas dari stress berat yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepakbola pada dikala itu, sebab Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada dikala itu yaitu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa ahad Liverpool FC ditangani oleh instruktur tim utama Ronnie Moran sebelum akibatnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC sebab sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2 peristiwa yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) tampaknya memperlihatkan trauma, eksekusi atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness sanggup memperlihatkan gelar Piala FA pada tahun 1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan taktik yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada animo itu. Hal lain yang memperburuk relasi Souness dan Liverpudlian yaitu ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai peristiwa Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akibatnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC sesudah tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir bakat muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya yaitu instruktur senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada animo 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya pemain menyerupai : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda berjulukan Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada animo kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik instruktur asal Prancis Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok berhubungan dengan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain menyerupai : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan bakat luar biasa berjulukan Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC sesudah mengalami kemerosotan prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah cita-cita bagi Liverpool untuk sanggup meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada animo 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil memperlihatkan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak sanggup bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat gampang diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez tiba ke Liverpool FC sesudah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi sesudah Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan sesudah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan berkelahi penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi jagoan sesudah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melaksanakan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melaksanakan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akibatnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan berkelahi penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melaksanakan kesalahan fatal, tetapi pada dikala berkelahi penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik di kala modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi animo tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian yaitu kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson menyampaikan sangat besar hati sanggup menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada dikala itu masih sangat tidak menentu sebab sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk informasi perihal kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada dikala itu. Liverpool FC pun akibatnya mengawali animo 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi bahaya pengurangan 9 poin dari FA jikalau tidak sanggup menuntaskan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson setuju untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya hingga selesai musim.
Pencapaian Prestasi Liverpool FC :
Juara Divisi Satu = 1900/01, 1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88, 1989/90
Juara Divisi Dua 4 = 1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
Juara Liga Lancashire 1 = 1892-93
Liga Champions 5[1]=1976/77 3-1 vs. Borussia Mönchengladbach , 1977/78 1-0 vs. Club Brugge , 1980/81 1-0 vs. Real Madrid
, 1983/84 1-1 (4-2 melalui berkelahi penalti) vs. AS Roma, 2004/05 3-3 (3-2 melalui berkelahi penalti) vs. AC Milan
Juara Piala UEFA (3) = 1972/73, 1975/76, 2000/01
Juara Piala FA (7) = 1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
Juara Piala Remaja FA (2) = 1995/96, 2006/07
Juara Piala Liga 7[1] = 1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
Juara Charity Shield (15) =1963/64[2], 1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[2],
1978/79, 1979/80, 1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
Juara Piala Super Eropa (3) = 1977, 2001, 2005
Juara Piala Super Inggris (1) = 1985/86
Juara Divisi Satu untuk Cadangan (16) = 1956/57, 1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73,
1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85,
1989/90, 1999/2000
Referensi:
https://sejarahasal.blogspot.com//search?q=sejarah-liverpool-fc
https://www.facebook.com/notes/hasil-jadwal-liga-inggris/sejarah-liverpool-panjang-banged-tapi-lengkap/290729727621589
Didirikan pada 1892 jawaban perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Club yang juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari perseteruan itu, Everton akibatnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai sangkar Liverpool FC hingga sekarang. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui ada dua tim berjulukan Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun akibatnya menentukan nama Liverpool FC. Liverpool berubah menjadi kekuatan serius di kompetisi sepakbola Inggris.
Liverpool |
Pada animo pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akibatnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada animo 1893/94. Pada animo pertamanya di Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC pribadi menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I Liga Inggris ( kini Premiere League ). Tak butuh usang bagi Liverpool untuk merasakan gelar di liga, sebab pada animo pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01), Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Liverpool FC sukses meraih juara liga 2 animo berturut-turut yaitu animo 1921/22 dan 1922/23, namun tidak mendapat tropi lagi hingga animo 1946/47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun akibatnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akibatnya Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada animo 1953/54.
Liverpool sempat terseok-seok sebelum akibatnya Bill Shankly tiba sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain usang dan memakai sebuah ruangan di stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya menyerupai Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool FC yang menciptakan iri tim musuh. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi ke Divisi I pada animo 1961/62 dan menjadi juara liga pada animo 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai Liga pada animo 1965/66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada animo kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar piala FA sesudah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun. Pemain dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melaksanakan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akibatnya pensiun pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada dikala itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974 hingga 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak sanggup memperlihatkan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memperlihatkan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah jikalau Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memperlihatkan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melaksanakan regenerasi di badan Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda menyerupai : Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun di tahun 1983, Joe Fagan yang pada dikala itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 animo kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian besar yaitu pendukung Juventus. Insiden ini menimbulkan pelarangan bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dihentikan mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akibatnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas insiden yang dikenal dengan Tragedi Heysel. Setelah insiden mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memperlihatkan tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai player-manager. Joe Fagan menyerahkan kiprah manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada dikala itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus mengambarkan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada animo kompetisi 1985/86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, sanggup dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada dikala itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi insiden mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang menimbulkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini menimbulkan 94 Liverpudlian meninggal di daerah kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia sesudah koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melaksanakan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini yaitu faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion sebab kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup dari peristiwa mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah sanggup lepas dari stress berat yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepakbola pada dikala itu, sebab Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada dikala itu yaitu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa ahad Liverpool FC ditangani oleh instruktur tim utama Ronnie Moran sebelum akibatnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC sebab sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2 peristiwa yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) tampaknya memperlihatkan trauma, eksekusi atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness sanggup memperlihatkan gelar Piala FA pada tahun 1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan taktik yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada animo itu. Hal lain yang memperburuk relasi Souness dan Liverpudlian yaitu ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai peristiwa Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akibatnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC sesudah tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir bakat muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya yaitu instruktur senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada animo 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya pemain menyerupai : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda berjulukan Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada animo kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik instruktur asal Prancis Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok berhubungan dengan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain menyerupai : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan bakat luar biasa berjulukan Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC sesudah mengalami kemerosotan prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah cita-cita bagi Liverpool untuk sanggup meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada animo 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil memperlihatkan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak sanggup bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat gampang diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez tiba ke Liverpool FC sesudah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi sesudah Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan sesudah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan berkelahi penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi jagoan sesudah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melaksanakan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melaksanakan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akibatnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan berkelahi penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melaksanakan kesalahan fatal, tetapi pada dikala berkelahi penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik di kala modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi animo tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian yaitu kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson menyampaikan sangat besar hati sanggup menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada dikala itu masih sangat tidak menentu sebab sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk informasi perihal kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada dikala itu. Liverpool FC pun akibatnya mengawali animo 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi bahaya pengurangan 9 poin dari FA jikalau tidak sanggup menuntaskan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson setuju untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya hingga selesai musim.
Pencapaian Prestasi Liverpool FC :
Juara Divisi Satu = 1900/01, 1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88, 1989/90
Juara Divisi Dua 4 = 1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
Juara Liga Lancashire 1 = 1892-93
Liga Champions 5[1]=1976/77 3-1 vs. Borussia Mönchengladbach , 1977/78 1-0 vs. Club Brugge , 1980/81 1-0 vs. Real Madrid
, 1983/84 1-1 (4-2 melalui berkelahi penalti) vs. AS Roma, 2004/05 3-3 (3-2 melalui berkelahi penalti) vs. AC Milan
Juara Piala UEFA (3) = 1972/73, 1975/76, 2000/01
Juara Piala FA (7) = 1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
Juara Piala Remaja FA (2) = 1995/96, 2006/07
Juara Piala Liga 7[1] = 1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
Juara Charity Shield (15) =1963/64[2], 1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[2],
1978/79, 1979/80, 1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
Juara Piala Super Eropa (3) = 1977, 2001, 2005
Juara Piala Super Inggris (1) = 1985/86
Juara Divisi Satu untuk Cadangan (16) = 1956/57, 1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73,
1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85,
1989/90, 1999/2000
Referensi:
https://sejarahasal.blogspot.com//search?q=sejarah-liverpool-fc
https://www.facebook.com/notes/hasil-jadwal-liga-inggris/sejarah-liverpool-panjang-banged-tapi-lengkap/290729727621589
0 Response to "Nih Sejarah Awal Bangkit Klub Liverpool (The Reds)"
Posting Komentar